Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, Bumi terbentuk
atau terlepas dari tubuh Matahari sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.
Perkiraan kelahiran Bumi ini didasarkan atas penelaahan Paleontologi
(ilmu yang mempelajari fosil-fosil sisa makhluk hidup purba di masa
lampau) dan stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan
batuan pembentuk muka Bumi).
Gambar 2.13 Siklus Pembentukan Bumi
Ilustrasi siklus pembentukan Bumi terbagi menjadi:
(a) Bumi masih berbentuk bola pijar;
(b) Bumi mendingin berangsur-angsur membentuk litosfer;
(c) pembentukan atmosfer Bumi;
(d) Bumi terbentuk sempurna.
Pada saat terlahir sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, Bumi kita masih
merupakan bola pijar yang sangat panas. Lama kelamaan secara
berangsur-angsur Bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian
luar Bumi membeku membentuk lapisan kerak Bumi yang disebut litosfer.
Selain pembekuan kerak Bumi, pendinginan massa Bumi ini mengakibatkan
terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke angkasa. Proses
penguapan ini terjadi dalam jutaan tahun sehingga terjadi akumulasi uap
dan gas yang sangat banyak.
Pada saat inilah mulai terbentuk atmosfer Bumi. Uap air yang terkumpul
di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut pada akhirnya dijatuhkan
kembali sebagai hujan untuk kali pertamanya di Bumi, dengan intensitas
tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik air hujan yang
jatuh selanjutnya mengisi cekungan-cekungan muka Bumi membentuk bentang
perairan laut dan samudra.
Seorang ahli ilmu cuaca dari Jerman yang bernama Alfred Wegener (1912),
dalam teorinya yang terkenal, yaitu Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
mengemukakan bahwa sampai sekitar 200 juta tahun yang lalu, di Bumi
baru ada satu benua dan samudra yang maha luas. Benua raksasa ini
dinamakan Pangea, sedangkan kawasan samudra yang mengapitnya dinamakan
Panthalasa.
Sedikit demi sedikit Pangea mengalami retakan-retakan dan pecah. Sekitar
180 juta tahun yang lalu, benua raksasa tersebut pecah menjadi dua,
yaitu pecahan benua di sebelah utara dinamakan Laurasia dan di bagian
selatan dinamakan Gondwana. Kedua benua itu dipisahkan oleh jalur laut
sempit yang dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini
merupakan jalur cebakan minyak Bumi di sekitar laut-laut di kawasan
Timur Tengah.
Gambar 2.14 Continental Drift Theory Continental Drift Theory dari Alfred Wegener mengenai terbentuknya massa daratan Bumi.
Baik di antara Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi
menjadi daratan yang lebih kecil dan bergerak secara tidak beraturan
dengan kecepatan gerak berkisar antara 1–10 cm pertahun. Dalam sejarah
perkembangan planet Bumi, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua
yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator (belahan Bumi utara),
meliputi Eurasia, Amerika Utara, dan pulaupulau kecil di sekitarnya.
Adapun Gondwana merupakan cikal bakal benua-benua di belahan Bumi
selatan, meliputi Amerika Selatan, Afrika, Sub Benua India, Australia,
dan Antartika.
Rabu, 06 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar